Jakarta, Konsumenesia – Overwork atau bekerja di luar kapasitas normal dan melebihi jam kerja standar, mungkin sering terjadi pada masa ini. Padahal idealnya, jam kerja tidak lebih dari 40 jam seminggu.
Overwork dilakukan karena beragam alasan di baliknya, mulai dari mengejar deadline atau target, hingga memenuhi kebutuhan keluarga. Namun kebiasaan ini sebaiknya dihentikan, karena berpotensi menimbulkan konsekuensi yang serius di masa depan.
Kriteria untuk dikategorikan sebagai pekerja yang overwork adalah bekerja 55 jam atau lebih per minggu. Hal ini setara dengan 11 jam per hari jika bekerja lima hari dalam seminggu, atau 9,16 jam per hari jika bekerja enam hari dalam seminggu.
Bekerja dalam jumlah waktu yang melebihi ini telah dikaitkan dengan risiko kematian akibat stroke dan penyakit jantung yang tinggi, terutama pada usia 60–79 tahun. Selain risiko kesehatan fisik, overwork juga meningkatkan kemungkinan terkena depresi.
Menurut studi baru, bekerja hingga larut malam pada usia dewasa muda dapat meningkatkan risiko depresi pada usia paruh baya. Hal ini berlaku terutama bagi mereka yang bekerja di malam hari atau menjalani shift bergilir, serta memiliki kualitas tidur yang buruk.
Studi ini melibatkan 7.000 orang Amerika Serikat selama tiga dekade, dimana sekitar tiga perempat dari mereka lahir pada tahun 1960-an.
Selain itu overwork juga dapat membuat usia biologis seseorang menjadi lebih tua dari usia sebenarnya. Menurut Wen-Jui Han, profesor di New York University yang merupakan penulis studi tersebut, overwork dapat memengaruhi usia sel seseorang yang dipengaruhi oleh gaya hidup, tingkat stres, dan kondisi medis.
Oleh karena itu disarankan agar jam kerja tidak melebihi 40 jam per minggu atau 8 jam sehari, dengan dua hari libur setiap minggunya.