Istilah “playing victim” tengah mencuat di kalangan netizen Indonesia, khususnya di platform X. Sudah lebih dari 12 ribu unggahan yang menggunakan hastag playing victim. Adapun netizen menghubungkannya dengan momen debat calon presiden akhir pekan lalu.
Playing victim sendiri merujuk pada perilaku manipulatif seseorang yang menempatkan dirinya sebagai korban dalam berbagai situasi. Hal ini jika digambarkan mungkin seperti vampir dalam cerita yang mereka mencari kehidupan dengan dramatis dan ketergantungan pada orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin bertemu dengan orang-orang yang cenderung memainkan peran korban dalam berbagai situasi.
Memahami ciri-ciri dari perilaku “playing victim” dapat membantu kita mengenali pola-pola tersebut. Berikut adalah beberapa ciri yang dapat diidentifikasi:
1. Selalu Menyalahkan Orang Lain
Orang yang sering memainkan peran korban cenderung menyalahkan orang lain atas segala masalah yang mereka hadapi. Mereka sulit menerima tanggung jawab atas tindakan atau keputusan mereka sendiri.
2. Tidak Mau Menerima Kritik
Mereka cenderung menjadi defensif atau sikap atau tindakan yang bertujuan untuk melindungi diri sendiri dan sulit menerima kritik. Sebaliknya, mereka lebih suka melemparkan diri mereka sebagai korban yang tidak adil diperlakukan.
3. Cari Perhatian dan Simpati
Orang yang memainkan peran korban sering mencari perhatian dan simpati dari orang lain. Mereka mungkin menceritakan kisah-kisah sulit mereka dengan harapan mendapatkan empati.
4. Tidak Proaktif dalam Mencari Solusi
Meskipun mengeluh tentang masalah, mereka cenderung kurang proaktif dalam mencari solusi. Ini karena lebih mudah bagi mereka untuk terus berada dalam peran korban daripada mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah.
5. Pola Siklus Negatif
Mereka dapat terjebak dalam pola siklus negatif di mana mereka selalu menghadapi masalah serupa, tetapi tidak pernah belajar dari pengalaman tersebut.
6. Manipulatif dalam Hubungan
Seringkali, orang yang memainkan peran korban menggunakan peran tersebut sebagai alat manipulasi dalam hubungan interpersonal. Mereka dapat mencoba memanfaatkan simpati orang lain untuk mendapatkan dukungan atau mendominasi situasi.
7. Kurangnya Empati terhadap Orang Lain
Sebaliknya, mereka mungkin kurang memiliki empati terhadap pengalaman dan perasaan orang lain, karena terlalu fokus pada diri mereka sendiri sebagai korban.
Mengenali ciri-ciri ini dapat membantu kita berinteraksi dengan orang lain secara lebih bijaksana dan memahami bahwa kehidupan memiliki tantangan, tetapi tanggung jawab pribadi juga memiliki peran penting dalam mengatasi masalah.

Kontributor & Tim Redaksi Konsumenesia

Tapi kalau gak ada uang untuk beli makanan di atas tetap gak bagus mood nya ????
Enak makan disini, tempatnya luas, penyajian cepat.. Kemarin makan disini, pengen coba nasi liwet rame2 tapi gak jadi karena cuma…
Mantep nih tipsnya
2 hari yll cobain pakai Whoosh, nyaman sekali.. Baru juga duduk ngobrol sebentar sama sebelah tiba2 sdh sampai Sta Tegalluar
Bukti nyata industri film bisa mendorong pariwisata lokal