Jakarta, Konsumenesia – Asosiasi Pengusaha Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) yang dipimpin oleh Alphonzus Widjaja memproyeksikan bahwa tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan atau mall menjelang perayaan Imlek, akan mengalami kenaikan sekitar 10% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023.
Widjaja menjelaskan bahwa kenaikan yang terbatas ini disebabkan oleh adanya hari ‘terjepit’ diantara hari libur peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW pada Kamis (8/2/2024) dan perayaan Imlek yang jatuh pada Sabtu (10/2/2024).
Menurutnya kecenderungan masyarakat menengah keatas yakni bepergian ke luar negeri selama liburan panjang ini, sementara masyarakat menengah kebawah lebih memilih berwisata keluar kota. Meskipun demikian, ia optimis bahwa tingkat kunjungan pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri akan mengalami peningkatan sekitar 20%-30% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada tahun 2024 APPBI menargetkan peningkatan kunjungan sebesar 20%-30% dari tingkat kunjungan pada tahun 2023. Hal ini disebabkan oleh harapan pemulihan setelah pandemi Covid-19, dimana pusat perbelanjaan harus berbagi dengan sektor wisata lainnya pada tahun 2023 karena pembatasan pergerakan masyarakat.
Widjaja menjelaskan bahwa situasi wisata pada tahun 2024 diharapkan menjadi lebih normal dibandingkan dengan fenomena luar biasa pada tahun 2023.
Namun, ia juga menyampaikan kekhawatiran terkait potensi penurunan tingkat kunjungan pada tahun 2024, akibat pembatasan impor yang diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.36/2023 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor. Kebijakan ini dapat membuat beberapa peritel menunda rencana membuka toko baru.
Kontributor & Tim Redaksi Konsumenesia
Tapi kalau gak ada uang untuk beli makanan di atas tetap gak bagus mood nya ????
Enak makan disini, tempatnya luas, penyajian cepat.. Kemarin makan disini, pengen coba nasi liwet rame2 tapi gak jadi karena cuma…
Mantep nih tipsnya
2 hari yll cobain pakai Whoosh, nyaman sekali.. Baru juga duduk ngobrol sebentar sama sebelah tiba2 sdh sampai Sta Tegalluar
Bukti nyata industri film bisa mendorong pariwisata lokal