Di tengah gemerlap modernitas Jakarta, Kota Tua tetap menjadi saksi bisu dari jejak sejarah panjang ibu kota Indonesia. Salah satu bukti nyata adalah bangunan bersejarah Toko Merah, yang kini telah bermetamorfosis menjadi Kafe Rode Winkel yang elegan.
Memadukan esensi arsitektur kolonial Belanda dengan nuansa kafe kontemporer, tempat ini bukan hanya sekadar destinasi kuliner, tetapi juga sebuah perjalanan melintasi zaman, menggabungkan citarasa masa lalu dengan kenikmatan kuliner masa kini.
Sejarah Kota Tua
Jakarta tidak hanya dikenal sebagai hutan beton pencakar langit, tetapi juga sebagai tempat bersejarah dengan pesona Kota Tua Jakarta, mencakup bangunan tua berarsitektur Eropa dan Cina dari abad ke-17 hingga awal abad ke-20. Dulunya bernama Batavia, kota ini disebut sebagai “Mutiara dari Timur” oleh penjajah Belanda.
Salah satu peninggalan terkenal adalah Toko Merah, yang kini menjadi cagar budaya dan menyimpan jejak sejarah mulai dari kediaman gubernur jenderal hingga akademi maritim.
Beberapa bangunan bersejarah seperti Museum Wayang, Museum Keramik, dan Museum Fatahillah menjadi destinasi wisata yang menarik.
Dengan wilayah seluas 139 hektare, Kota Tua Jakarta tidak hanya menampilkan keindahan arsitektur masa lalu, tetapi juga mempertahankan daya tariknya dengan menyatukan warisan budaya dan keberagaman fungsi bangunan yang kini terbuka untuk dinikmati oleh publik.
Toko Merah, awalnya dimiliki oleh pemerintah Belanda, kini menyajikan sejarahnya melalui berbagai fungsi, namun saat ini bangunan tersebut disulap menjadi Kafe Rode Winkel.
Kafe Rode Winkel
Kafe RODE Winkel, yang terletak di bangunan bersejarah Toko Merah di Kota Tua Jakarta, mempertahankan suasana khas peninggalan Belanda dengan interior yang minim perubahan. Langit-langit tinggi, pintu besar, dan meja-kursi kayu menciptakan nuansa megah yang memikat para pengunjung.
Dengan menu yang beragam, kafe ini menggoda para pelanggan dengan pilihan camilan seperti French Fries, Garlic Wings, Pisang Wijen, dan Onion Ring. Untuk penggemar kuliner berat, ragam makanan khas Indonesia seperti nasi goreng, mi goreng, iga bakar, sup buntut, ikan dori sambal matah, ayam mentega, dan lada hitam tersedia. Menu minuman tak kalah menarik dengan berbagai kopi espresso dan manual brew, serta pilihan teh, jus, smoothies, dan minuman berbasis susu.
Tidak hanya menawarkan hidangan lezat, Kafe RODE Winkel juga mengundang pengunjung untuk merasakan atmosfer sejarah yang terjaga di setiap sudutnya.
Lokasi Kafe RODE Winkel
Kafe RODE Winkel, yang berada di Jl. Kali Besar Barat No.11, Roa Malaka, Jakarta Barat, tidak hanya menawarkan sajian lezat, tetapi juga memberikan pengalaman unik dengan suasana kafe yang kental sejarah.
Menu makanan ringan dihargai mulai dari Rp. 23.000 hingga Rp. 35.000, sedangkan untuk hidangan berat, harganya berkisar antara Rp. 38.000 hingga Rp. 89.000. Minuman pun tersedia dalam rentang harga Rp. 22.000 sampai Rp. 43.000.
Kafe ini buka setiap Senin hingga Jumat mulai pukul 10.00 hingga 22.00 WIB, dan pada akhir pekan buka dari pukul 07.00 hingga 22.00 WIB. Lokasinya yang strategis, di belakang Museum Fatahillah dan dekat dengan Kali Besar, menambah daya tariknya.
Sebagai informasi, Kali Besar, dulunya dikenal sebagai Groote Rivier yang menjadi area berkumpulnya kaum borjuis dan elit pada masa lalu. Dengan sejarahnya yang kaya, Kali Besar memainkan peran penting dalam perancangan kota kembar Batavia oleh Simon Stevius pada 1650.
Awalnya dikenal sebagai Kali Krukut, namanya kemudian diubah menjadi Kali Besar yang memisahkan Batavia Timur dan Batavia Barat. Sehingga, mengunjungi Kafe RODE Winkel tidak hanya memberikan cita rasa kuliner yang memikat tetapi juga kesempatan untuk menelusuri sejarah Kota Tua Jakarta yang hidup di sekitarnya.

Kontributor & Tim Redaksi Konsumenesia

Tapi kalau gak ada uang untuk beli makanan di atas tetap gak bagus mood nya ????
Enak makan disini, tempatnya luas, penyajian cepat.. Kemarin makan disini, pengen coba nasi liwet rame2 tapi gak jadi karena cuma…
Mantep nih tipsnya
2 hari yll cobain pakai Whoosh, nyaman sekali.. Baru juga duduk ngobrol sebentar sama sebelah tiba2 sdh sampai Sta Tegalluar
Bukti nyata industri film bisa mendorong pariwisata lokal