Connect with us

Silakan masukkan kata kunci pencarian

KonsumenesiaKonsumenesia

Kesehatan

Mengenal Kelainan Prostat Pada Pria

Prostat adalah organ khusus pria. Banyak kelainan atau penyakit yang dapat terjadi pada prostat termasuk tumor jinak Benign Prostat Hyperplasia (BPH). Kenali penyebab, risiko dan gejalanya.

Ilustrasi: @jcomp-via freepik

Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di bagian belakang dari kandung kemih atau buli-buli, di depan usus besar. Berbentuk seperti buah kemiri dengan berat kurang lebih 20 gram.

Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari cairan ejakulat. Cairan ini dialirkan melalui duktus sekretorius dan bermuara di uretra posterior untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi. Volume cairan prostat merupakan 25 persen dari seluruh volume ejakulat.

Banyak kelainan atau penyakit yang dapat terjadi pada prostat. Infeksi akut, kronis maupun infeksi TBC, tumor jinak sampai kanker.

Keluhan pada umumnya disertai dengan gejala yang hampir sama yaitu buang air kecil (BAK) yang tidak tuntas, harus mengejan supaya BAK nya habis atau bahkan sering bangun malam karena harus BAK.

Kali ini kita akan membahas tentang kelainan tumor jinak pada prostat yaitu Benign Prostat Hyperplasia. Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat yang merupakan tumor jinak adalah salah satu penyakit degeneratif pria yang sering dijumpai, berupa pembesaran dari kelenjar prostat yang mengakibatkan terganggunya aliran urine dan menimbulkan gangguan BAK.

BPH merupakan kelainan jinak yang paling sering pada pria, insidennya berhubungan dengan usia. Prevalensi BPH meningkat dari 20 persen pada pria berusia 41-50 tahun, 50 persen pada laki usia 51-60 tahun hingga lebih dari 90 persen pada pria berusia di atas 80 tahun. Meskipun bukti klinis belum muncul, namun keluhan obstruksi juga berhubungan dengan usia.

Faktor-faktor risiko terjadinya BPH masih belum jelas, beberapa penelitian mengarah pada predisposisi genetik atau keturunan, di mana penderita yang memiliki orang tua yang menderita BPH memiliki resiko 4 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan yang normal.

Selain itu adalah multifaktor yang antara lain adalah menurunnya kadar testosterone pada usia pria yang semakin tua, kadar testosteron menurun sedangkan kadar estrogen relatif tetap sehingga sel-sel prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga ukuran prostat menjadi lebih besar.

Bisa juga karena infeksi pada prostat yang dapat menyebabkan risiko delapan kali lebih besar untuk terjadinya BPH.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Tidak semua BPH menimbulkan gejala. Bila ada keluhan dari BPH dapat terbagi menjadi gejala obstruktif dan iritatif. Gejala obstruksi berupa penurunan pancaran urin, rasa tidak tuntas saat berkemih, mengejan saat berkemih dan urin menetes setelah berkemih.

Sedangkan gejala iritatif berupa urgensi atau rasa “kebelet” BAK, lebih sering BAK dan BAK yang sering di malam hari.

Untuk menegakkan diagnosis tentunya pada awal adalah wawancara pasien dan dilanjutkan pemeriksaan fisik berupa colok dubur. Selanjutnya bila dibutuhkan akan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi seperti kadar Prostat Spesific Antigen (PSA) dan transrectal ultrasound serta biopsy.

Peningkatan kadar PSA serum menjadi penanda penting dari berbagai penyakit prostat, termasuk diantaranya BPH, infeksi prostat, dan kanker prostat. Dilakukan pemeriksaan urin untuk menyingkirkan infeksi bila BAK dengan darah. Serum kreatinin diperiksa untuk evaluasi fungsi ginjal.

Diagnosa banding BPH adalah obstruksi saluran kemih bagian bawah lain seperti striktur uretra, kontraktur pada leher buli, batu buli atau keganasan prostat. Riwayat kelainan neurologis, stroke, diabetes dan cedera tulang belakang dapat mengarah juga ke gangguan berkemih.

Terapi spesifik pada BPH berupa observasi pada penderita dengan gejala ringan hingga tindakan operasi berupa kerokan atau pengangkatan prostat utuh. Indikasi untuk pembedahan berupa retensi urine yang berkelanjutan, infeksi saluran kemih yang berulang, BAK dengan darah bergumpal gumpal yang berulang, batu buli akibat BPH dan adanya gangguan fungsi ginjal.

Untuk pencegahan sampai saat ini tida ada yang spesifik. Pencegahan tumor pada umumnya dapat diterapkan pada pencegahan BPH.

Disclaimer: Meskipun artikel ini mungkin ditulis oleh profesional di bidang medis, informasi ini tidak dimaksudkan sebagai pengganti saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional. Selalu mencari saran dari dokter Anda atau penyedia layanan kesehatan berkualifikasi lainnya atas kondisi medis yang sedang Anda alami. Jangan pernah mengabaikan nasihat medis profesional atau menunda dalam mencarinya karena sesuatu yang telah Anda baca di artikel ini.

Advertisement. Scroll to continue reading.
Berikan penilaian Anda
[Total: 2 Rata-Rata: 5]

Alumni FK Universitas Hang Tuah Surabaya dan PPDS Patologi Anatomi Universitas Airlangga Surabaya. Saat ini adalah Dosen di FK Universitas Mataram, NTB dan sedang mengikuti program post doktoral di Universitas Hasanuddin, Makassar.

Klik untuk beri komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement
Advertisement

BACA JUGA

Foodie

Sebagai konsumen kita harus lebih teliti dalam memilah jajanan pasar; karena bisa saja ada kandungan berbahaya yang dapat picu kanker.

Farmasi

Para murid SMP berusia 15 tahun akan mendapat vaksinasi human papillomavirus (HPV) secara gratis.

Kesehatan

Benarkah minum kopi panas dapat menyebabkan risiko kanker? Berikut penjelasannya

Kesehatan

Viral di media sosial bahwwa mengonsumsi telur dadar disebut bisa menyebabkan kanker, begini fakta sebenarnya.

Advertisement