Connect with us

Silakan masukkan kata kunci pencarian

KonsumenesiaKonsumenesia

Kesehatan

Pentingnya Memahami Status Hormonal Kanker Payudara untuk Menentukan Terapi yang Tepat

Kanker payudara adalah salah satu masalah kesehatan yang mengancam wanita di seluruh dunia. Hingga akhir tahun 2020, ada 7,8 juta wanita yang didiagnosis menderita kanker payudara. Untuk menentukan terapi yang tepat dibutuhkan pemahaman status hormonal dari penderita kanker payudara.

Ilustrasi: Klaus Nielsen via pexels

Kanker payudara adalah salah satu kanker yang mengancam wanita di seluruh dunia. Pada tahun 2020, ada 2,3 juta wanita yang terdiagnosis kanker payudara dan ada jumlah 685,000 kematian secara global. Hingga akhir tahun 2020, terdapat 7,8 juta wanita yang didiagnosis menderita kanker payudara dalam 5 tahun terakhir, menjadikan kanker payudara sebagai paling umum di dunia.

Kanker payudara memerlukan banyak parameter untuk menentukan prognosis dan terapi yang adekuat seperti profil klinis pasien, ukuran tumor, grade, dan imunohistokimia status hormonal dan molekular target. Oleh sebab itu, selain faktor prognosis konvensional, informasi mengenai adanya petanda biologik pada sel kanker payudara juga diperlukan karena pendekatan terapi saat ini mulai berorientasi molekular target yang lebih selektif dan lebih kecil morbiditasnya.

Prosedur pemeriksaan imunohistokimia status hormonal dan molekular target pada penderita kanker payudara sudah menjadi prosedur rutin hampir di seluruh dunia termasuk di kota kota besar di Indonesia.

Imunohistokimia adalah teknik untuk mendeteksi adanya antigen pada jaringan dengan menggunakan antibodi yang terikat enzim sehingga presipitat terwarnai dan lokasi antigen dapat dilihat di bawah mikroskop. Hasil pemeriksaan akan dinyatakan dalam bentuk positif atau negatif. Hasil positif bila didapatkan warna coklat pada sel tumor dengan minimal 1% dari seluruh lapang pandang.

Pemeriksaan imunohistokimia status hormonal antara lain adalah Estrogen Receptor (ER), Progesteron Reseptor dan HER2.

Estrogen Receptor (ER) adalah gen yang diregulasi oleh estrogen karena ekspresinya menunjukkan estrogen yang sedang aktif sehingga hal tersebut berguna untuk menentukan respons dari penderita yang mendapat terapi hormonal.

Apabila tingkat Estrogen Receptor dari penderita kanker tidak diukur, maka kelangsungan hidup dan risiko kambuhnya kanker payudara tidak dapat diperkirakan serta berakibat pada perencanaan manajemen pasien kanker payudara menjadi tidak tepat.

Pemantauan status ER dianggap suatu keharusan bagi semua penderita kanker payudara karena dapat digunakan untuk menentukan jenis terapi tambahan yang akan diberikan. Status ER yang positif menunjukkan bahwa penderita merupakan kandidat untuk menerima terapi tambahan dalam bentuk pengobatan terapi hormonal anti-estrogen.

Pertumbuhan kanker payudara sering dirangsang oleh hormon estrogen, yang merupakan hormon wanita. Tamoxifen atau Femara merupakan jenis terapi anti-estrogen yang lebih sering digunakan untuk mengurangi angka kematian penderita kanker payudara.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Obat ini bekerja dengan cara menghalangi pertumbuhan kanker payudara dengan mengganggu efek dari esterogen pada jaringan payudara dan dapat mengurangi jumlah hormon estrogen dengan memblokir enzim aromatase yang terlibat dalam produksi estrogen. Dengan begitu, pertumbuhan sel-sel kanker menjadi lambat, bahkan berhenti serta dinilai efektif untuk mencegah penyebaran sel-sel kanker.

Selain digunakan sebagai pengobatan pertama baik pada pasien yang bisa dioperasi maupun tidak, Tamoxifen atau Femara bisa menjadi pilihan bagi orang-orang yang telah menjalani pengobatan kanker dengan tamoxifen selama lima tahun. Biasanya, Femara diberikan pada pasien kanker payudara yang ada dalam masa post-menopause.

Protein Her2 adalah protein transmembran yang merupakan reseptor growth factor. Ekspresi protein Her2 adalah ekspresi dari reaksi antigen dan antibodi dari her2 yang diikatakan positif apabila dengan pemeriksaan imunohistokimia didapatkan lebih dari 1% sel tumor mengeskpresikan Her2, yang ditandai munculnya warna coklat pada sitoplasma sel.

Setelah didapatkan hasil pemeriksaan Her2 maka dapat diberikan pengobatan Anti Her2 monoclonal antibodi trastuzumab yang disebut juga herseptin sebagai target terapi yang terbukti di berbagai penelitian dapat menghambat pertumbuhan sel kanker payudara dan mempunyai respon yang lebih baik pada kemoterapi dibandingkan dengan penderita yang diberi terapi kemoterapi tanpa herseptin.

Pemeriksaan terbaru pada kanker payudara adalah mengetahui Programmed Death-Ligand 1(PD-L1), yaitu protein yang ditemukan pada beberapa sel tumor dan sel imun. Memblokir protein ini membantu meningkatkan respon sistem kekebalan tubuh terhadap sel kanker payudara.

Nantinya, tumor akan mengecil dan pertumbuhannya semakin melambat. Setelah diketahui hasilnya positif maka dapat dilakukan pemberian obat untuk anti PD-L1 sebagai imunoterapi kanker payudara yaitu adalah atezolizumab yang diberikan lewat infus setiap 2 minggu.

Disclaimer: Meskipun artikel ini mungkin ditulis oleh profesional di bidang medis, informasi ini tidak dimaksudkan sebagai pengganti saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional. Selalu mencari saran dari dokter Anda atau penyedia layanan kesehatan berkualifikasi lainnya atas kondisi medis yang sedang Anda alami. Jangan pernah mengabaikan nasihat medis profesional atau menunda dalam mencarinya karena sesuatu yang telah Anda baca di artikel ini.

Berikan penilaian Anda
[Total: 4 Rata-Rata: 4.8]

Alumni FK Universitas Hang Tuah Surabaya dan PPDS Patologi Anatomi Universitas Airlangga Surabaya. Saat ini adalah Dosen di FK Universitas Mataram, NTB dan sedang mengikuti program post doktoral di Universitas Hasanuddin, Makassar.

Klik untuk beri komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement
Advertisement

BACA JUGA

Foodie

Sebagai konsumen kita harus lebih teliti dalam memilah jajanan pasar; karena bisa saja ada kandungan berbahaya yang dapat picu kanker.

Farmasi

Para murid SMP berusia 15 tahun akan mendapat vaksinasi human papillomavirus (HPV) secara gratis.

Kesehatan

Benarkah minum kopi panas dapat menyebabkan risiko kanker? Berikut penjelasannya

Kesehatan

Viral di media sosial bahwwa mengonsumsi telur dadar disebut bisa menyebabkan kanker, begini fakta sebenarnya.

Advertisement