Gorengan sudah menjadi makanan favorit masyarakat Indonesia. Selain harganya yang murah meriah, gorengan dapat ditemukan dengan mudah di berbagai tempat.
Namun muncul mitos seputar hubungan antara makan gorengan dan kesehatan kognitif, terutama pada anak-anak, yang sering kali menjadi topik perdebatan.
Salah satu mitos yang cukup umum adalah pernyataan bahwa makan gorengan dapat membuat anak menjadi bodoh.
Mitos tersebut mungkin berasal dari persepsi bahwa makanan berlemak dan berminyak dapat berdampak negatif pada kesehatan secara umum, termasuk kesehatan otak. Selain itu, beberapa orang mungkin mengaitkan konsumsi gorengan dengan gaya hidup yang kurang sehat secara keseluruhan.
Gorengan umumnya memiliki kandungan lemak jenuh dan trans yang tinggi, yang diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan obesitas. Penelitian telah menunjukkan bahwa konsumsi lemak trans secara berlebihan dapat memberikan dampak buruk pada perkembangan otak anak.
Lemak trans dapat mengganggu fungsi kognitif termasuk kemampuan belajar, mengingat, dan memproses informasi. Anak-anak yang mengonsumsi lemak trans secara rutin mungkin mengalami kesulitan belajar dan konsentrasi di sekolah.
Hal itu juga dapat mengganggu pembentukan sel otak dan menghambat pertumbuhan jaringan saraf. Ini dapat berdampak negatif pada kemampuan anak untuk belajar, berpikir, dan memecahkan masalah.
Dengan demikian, orang tua harus lebih memperhatikan makanan yang dikonsumsi oleh anak. Sebaiknya konsumsi makanan bergizi tinggi seperti buah-buahan, sayuran, ikan, dan kacang-kacangan yang telah terkait dengan kesehatan otak yang baik dan kinerja yang optimal.
Kontributor & Tim Redaksi Konsumenesia
Tapi kalau gak ada uang untuk beli makanan di atas tetap gak bagus mood nya ????
Enak makan disini, tempatnya luas, penyajian cepat.. Kemarin makan disini, pengen coba nasi liwet rame2 tapi gak jadi karena cuma…
Mantep nih tipsnya
2 hari yll cobain pakai Whoosh, nyaman sekali.. Baru juga duduk ngobrol sebentar sama sebelah tiba2 sdh sampai Sta Tegalluar
Bukti nyata industri film bisa mendorong pariwisata lokal